Jumat, 27 Januari 2012

Sastrawan Indonesia ( by Agatha )

Ahmadun Yosi Herfanda

Ahmadun Yosi Herfanda (lahir di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, 17 Januari 1958), adalah seorang penulis puisi, cerpen dan penulis esei dari Indonesia. Ahmadun dikenal sebagai sastrawan Indonesia yang banyak menulis esei sastra dan sajak sufistik. Namun, penyair Indonesia dari generasi 1980-an ini juga banyak menulis sajak-sajak sosial-religius. Sementara, cerpen-cerpennya bergaya karikatural dengan tema-tema kritik sosial. Ia juga banyak menulis esei sastra. Sejak menjadi mahasiswa, Ahmadun telah aktif sebagai editor dan jurnalis. Dimulai dari Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (1983-1999), lalu di Harian Yogya Post (1999-1992), Majalah Sarinah (bersama Korrie Layun Rampan, 1992-1993), dan terakhir di Harian Republika Jakarta (1993-2010).

Karya Ahmadun Yosi Herfanda
Karya-karya Ahmadun dipublikasikan di berbagai media sastra dan antologi puisi yang terbit di dalam dan luar negeri, antara lain, Horison, Ulumul Qur'an, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana (Brunei), antologi puisi Secreets Need Words (Ohio University, A.S., 2001), Waves of Wonder (The International Library of Poetry, Maryland, A.S., 2002), jurnal Indonesia and The Malay World (London, Inggris, November 1998), The Poets’ Chant (The Literary Section, Committee of The Istiqlal Festival II, Jakarta, 1995). Beberapa kali sajak-sajaknya dibahas dalam "Sajak-Sajak Bulan Ini Radio Suara Jerman" (Deutsche Welle). Cerpennya, Sebutir Kepala dan Seekor Kucing, memenangkan salah satu penghargaan dalam Sayembara Cerpen Kincir Emas 1988 Radio Nederland (Belanda) dan dibukukan dalam Paradoks Kilas Balik (Radio Nederland, 1989). Tahun 1997 ia meraih penghargaan tertinggi dalam Peraduan Puisi Islam MABIMS (forum informal Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Beberapa buku karya Ahmadun :
• Ladang Hijau (Eska Publishing, 1980),
• Sang Matahari (kumpulan puisi, bersama Ragil Suwarna Pragolapati, Nusa Indah, Ende, 1984),
• Syair Istirah (bersama Emha Ainun Nadjib dan Suminto A. Sayuti, Masyarakat Poetika Indonesia, 1986),
• Sajak Penari (kumpulan puisi, Masyarakat Poetika Indonesia, 1990),
• Sebelum Tertawa Dilarang (kumpulan cerpen, Balai Pustaka, 1997),
• Fragmen-fragmen Kekalahan (kumpulan sajak, Forum Sastra Bandung, 1997),
• Sembahyang Rumputan (kumpulan puisi, Bentang Budaya, 1997),
• Ciuman Pertama untuk Tuhan (kumpulan puisi, bilingual, Logung Pustaka, 2004),
• Sebutir Kepala dan Seekor Kucing (kumpulan cerpen, Bening Publishing, 2004),
• Badai Laut Biru (kumpulan cerpen, Senayan Abadi Publishing, 2004),
• The Warshipping Grass (kumpulan puisi bilingual, Bening Publishing, 2005),
• Resonansi Indonesia (kumpulan sajak sosial, Jakarta Publishing House, 2006)
• Referensi Ahmadun Yosi Herfand

A.A. Navis

Haji Ali Akbar Navis (lahir di Kampung Jawa, Padang, Sumatra Barat, 17 November 1924 – meninggal 22 Maret 2003 pada umur 78 tahun) adalah seorang sastrawan dan budayawan terkemuka di Indonesia yang lebih dikenal dengan nama A.A. Navis. Ia menjadikan menulis sebagai alat dalam kehidupannya. Karyanya yang terkenal adalah cerita pendek Robohnya Surau Kami. Navis 'Sang Pencemooh' adalah sosok yang ceplas-ceplos, apa adanya. Kritik-kritik sosialnya mengalir apa adanya untuk membangunkan kesadaran setiap pribadi, agar hidup lebih bermakna. Ia selalu mengatakan yang hitam itu hitam dan yang putih itu putih. Ia amat gelisah melihat negeri ini digerogoti para koruptor. Pada suatu kesempatan ia mengatakan kendati menulis adalah alat utamanya dalam kehidupan tapi jika dikasih memilih ia akan pilih jadi penguasa untuk menangkapi para koruptor. Walaupun ia tahu resikonya, mungkin dalam tiga bulan, ia justru akan duluan ditembak mati oleh para koruptor itu.

Buah karya
Ia yang mengaku mulai menulis sejak tahun 1950, namun hasil karyanya baru mendapat perhatian dari media cetak sekitar 1955, itu telah menghasilkan sebanyak 65 karya sastra dalam berbagai bentuk. Ia telah menulis 22 buku, ditambah lima antologi bersama sastrawan lainnya, dan delapan antologi luar negeri, serta 106 makalah yang ditulisnya untuk berbagai kegiatan akademis di dalam maupun di luar negeri dan dihimpun dalam buku Yang Berjalan Sepanjang Jalan. Novel terbarunya, Saraswati, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 2002.

Beberapa karya Ali Akbar Navis yang amat terkenal
• Surau Kami (1955)
• Bianglala (1963)
• Hujan Panas (1964)
• Kemarau (1967)
• Saraswati
• Si Gadis dalam Sunyi (1970)
• Dermaga dengan Empat Sekoci (1975)
• Di Lintasan Mendung (1983)
• Dialektika Minangkabau (editor, 1983)
• Alam Terkembang Jadi Guru (1984)
• Hujan Panas dan Kabut Musim (1990)
• Cerita Rakyat Sumbar (1994)
• Jodoh (1998)
• Karya tulis Ali Akbar Navis
• Antologi Lengkap Cerpen A.A. Navis (2005)
• Gerhana: novel (2004)
• Bertanya Kerbau Pada Pedati: kumpulan cerpen (2002)
• Cerita Rakyat dari Sumatra Barat 3 (2001)
• Kabut Negeri si Dali: Kumpulan Cerpen (2001)
• Dermaga Lima Sekoci (2000)
• Jodoh: Kumpulan Cerpen (1999)
• Yang Berjalan Sepanjang Jalan (1999)
• Cerita Rakyat dari Sumatra Barat 2 (1998)
• Filsafat dan Strategi Pendidikan M. Sjafei: Ruang Pendidik INS Kayutanam (1996)
• Otobiografi A.A. Navis: Satiris dan Suara Kritis dari Daerah (1994)
• Surat dan Kenangan Haji (1994)
• Cerita Rakyat dari Sumatra Barat (1994)
• Hujan Panas dan Kabut Musim: Kumpulan Cerita Pendek (1990)
• Pasang Surut Pengusaha Pejuang: Otobiografi Hasjim Ning (1986)
• Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau (1984)

Ayu Utami

Justina Ayu Utami (lahir di Bogor, Jawa Barat, 21 November 1968; umur 42 tahun) adalah aktivis jurnalis dan novelis Indonesia, ia besar di Jakarta dan menamatkan kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Ia pernah menjadi wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan, dan D&R. Tak lama setelah penutupan Tempo, Editor dan Detik di masa Orde Baru, ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen yang memprotes pembredelan. Kini ia bekerja di jurnal kebudayaan Kalam dan di Teater Utan Kayu. Novelnya yang pertama, Saman, mendapatkan sambutan dari berbagai kritikus dan dianggap memberikan warna baru dalam sastra Indonesia. Ayu dikenal sebagai novelis sejak novelnya Saman memenangi sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Dalam waktu tiga tahun Saman terjual 55 ribu eksemplar. Berkat Saman pula, Ayu mendapat Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, yang mempunyai misi mendukung dan memajukan kegiatan di bidang budaya dan pembangunan. Akhir 2001, ia meluncurkan novel Larung.

Karier dan Kegiatan Ayu Utami
• Wartawan lepas Matra
• Wartawan Forum Keadilan
• Wartawan D&R
• Anggota Sidang Redaksi Kalam
• Kurator Teater Utan Kayu
• Pendiri dan Anggota Aliansi Jurnalis Independen
• Peneliti di Institut Studi Arus Informasi

Karya Ayu Utami
• Novel Saman, KPG, Jakarta, 1998
• Novel Larung, KPG, Jakarta, 2001
• Kumpulan Esai "Si Parasit Lajang", GagasMedia, Jakarta, 2003
• Novel Bilangan Fu, KPG, Jakarta, 2008

Penghargaan Ayu Utami
• Roman Terbaik Dewan Kesenian Jakarta 1998
• Prince Claus Award 2000

Habiburrahman El Shirazy

Habiburrahman El Shirazy (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976; umur 34 tahun) adalah Novelis No. 1 Indonesia (dinobatkan oleh INSANI UNIVERSITAS DIPONEGORO (UNDIP) Semarang). Selain novelis, sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir ini juga dikenal sebagai sutradara, dai, dan penyair. Karya-karyanya banyak diminati tak hanya di Indonesia, tapi juga di mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong, Taiwan dan Australia. Karya-karya fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi pembaca. Di antara karya-karyanya yang telah beredar di pasaran adalah Ayat-Ayat Cinta (telah dibuat versi filmnya, 2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (Desember, 2007), dan The Romance.

Pendidikan Habiburrahman El Shirazy
Memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak di bawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke kota budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar, Kairo dan selesai pada tahun 1999. Pada tahun 2001 lulus Postgraduate Diploma (Pg.D) S2 di The Institute for Islamic Studies di Kairo yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri.

Prestasi Habiburrahman El Shirazy
Kang Abik, demikian novelis ini biasa dipanggil adik-adiknya, semasa di SLTA pernah menulis teatrikal puisi berjudul Dzikir Dajjal sekaligus menyutradarai pementasannya bersama Teater Mbambung di Gedung Seni Wayang Orang Sriwedari Surakarta (1994). Pernah meraih Juara II lomba menulis artikel se-MAN I Surakarta (1994). Pernah menjadi pemenang I dalam lomba baca puisi relijius tingkat SLTA se-Jateng (diadakan oleh panitia Book Fair’94 dan ICMI Orwil Jateng di Semarang, 1994). Pemenang I lomba pidato tingkat remaja se-eks Keresidenan Surakarta (diadakan oleh Jamaah Masjid Nurul Huda, UNS Surakarta, 1994). Ia juga pemenang pertama lomba pidato bahasa Arab se-Jateng dan DIY yang diadakan oleh UMS Surakarta (1994). Meraih Juara I lomba baca puisi Arab tingkat Nasional yang diadakan oleh IMABA UGM Jogjakarta (1994).

Pernah mengudara di radio JPI Surakarta selama satu tahun (1994-1995) mengisi acara Syharil Quran Setiap Jumat pagi. Pernah menjadi pemenang terbaik ke-5 dalam lomba KIR tingkat SLTA se-Jateng yang diadakan oleh Kanwil P dan K Jateng (1995) dengan judul tulisan, Analisis Dampak Film Laga Terhadap Kepribadian Remaja. Beberapa penghargaan bergengsi lain berhasil diraihnya antara lain, Pena Award 2005, The Most Favorite Book and Writer 2005 dan IBF Award 2006. Dari novelnya yang berjudul "Ayat-ayat Cinta" dia sudah memperoleh royalti lebih dari 1,5 Milyar, sedangkan dari buku-bukunya yang lain tidak kurang ratusan juta sudah dia kantongi.

Karya-karya Habiburrahman El Shirazy
• Wa Islama (1999)
• Sang Kyai dan Sang Durjana (gubahan atas karya Dr. Yusuf Qardhawi yang berjudul 'Alim Wa Thaghiyyah, 2000)
• Darah Syuhada (2000)
• Membaca Insanniyah al Islam, dimuat dalam buku Wacana Islam Universal (diterbitkan oleh Kelompok Kajian MISYKATI Kairo, 1998)
Karya terjemahan
• Ar-Rasul (GIP, 2001)
• Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2002)
• Menyucikan Jiwa (GIP, 2005)
• Rihlah Ilallah (Era Intermedia, 2004), dll

Cerpen
• Duka Tersenyum (FBA, 2001)
• Merah di Jenin (FBA, 2002)
• Ketika Cinta Menemukanmu (GIP, 2004).

Karya puisi
Sebelum pulang ke Indonesia, di tahun 2002, ia diundang Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia selama lima hari (1-5 Oktober) untuk membacakan pusinya dalam momen Kuala Lumpur World Poetry Reading ke-9, bersama penyair-penyair negara lain. Puisinya dimuat dalam Antologi Puisi Dunia PPDKL (2002) dan Majalah Dewan Sastera (2002) yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dalam dua bahasa, Inggris dan Melayu. Bersama penyair negara lain, puisi kang Abik juga dimuat kembali dalam Imbauan PPDKL (1986-2002) yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (2004).

Karya sastra populer
• Ketika Cinta Berbuah Surga (MQS Publishing, 2005)
• Pudarnya Pesona Cleopatra (Republika, 2005)
• Ayat-Ayat Cinta (Republika-Basmala, 2004)
• Diatas Sajadah Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004)
• Ketika Cinta Bertasbih (Republika-Basmala, 2007)
• Ketika Cinta Bertasbih 2 (Republika-Basmala, 2007)
• Dalam Mihrab Cinta (Republika-Basmala, 2007)

Karya film
Sebagai sutradara Kang Abik mengawali debutnya dengan film Dalam Mihrab Cinta yang diangkat dari novelnya dengan judul yang sama.

Chairil Anwar

Chairil Anwar (lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun) atau dikenal sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku) adalah penyair terkemuka Indonesia. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 dan puisi modern Indonesia. Chairil Anwar merupakan anak tunggal. Ayahnya bernama Toeloes, mantan bupati Kabupaten Indragiri Riau, berasal dari Taeh Baruah, Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Sedangkan ibunya Saleha, berasal dari Situjuh, Limapuluh Kota, Dia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia.

Masa dewasa
Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastera setelah pemuatan tulisannya di "Majalah Nisan" pada tahun 1942, pada saat itu dia baru berusia dua puluh tahun. Hampir semua puisi-puisi yang dia tulis merujuk pada kematian. Chairil ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945.
Akhir hidup
Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya, yang bertambah lemah akibat gaya hidupnya yang semrawut. Sebelum dia bisa menginjak usia dua puluh tujuh tahun, dia sudah kena sejumlah penyakit. Chairil Anwar meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC Dia dikuburkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari zaman ke zaman. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.

Karya tulis yang diterbitkan
• Deru Campur Debu (1949)
• Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)
• Tiga Menguak Takdir (1950) (dengan Asrul Sani dan Rivai Apin)
• "Aku Ini Binatang Jalang: koleksi sajak 1942-1949", disunting oleh Pamusuk Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono (1986)
• Derai-derai Cemara (1998)
• Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948), terjemahan karya Andre Gide
• Kena Gempur (1951), terjemahan karya John Steinbeck

Terjemahan ke bahasa asing
• "Sharp gravel, Indonesian poems", oleh Donna M. Dickinson (Berkeley, California, 1960)
• "Cuatro poemas indonesios [por] Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujati" (Madrid: Palma de Mallorca, 1962)
• Chairil Anwar: Selected Poems oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam (New York, New Directions, 1963)
• "Only Dust: Three Modern Indonesian Poets", oleh Ulli Beier (Port Moresby [New Guinea]: Papua Pocket Poets, 1969


W. S. Rendra

Nama lengkap Willibrordus Surendra Bawana Rendra; lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 November 1935 – meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967. Ketika kelompok teaternya kocar-kacir karena tekanan politik, kemudian ia mendirikan Bengkel Teater Rendra di Depok, pada bulan Oktober 1985. Semenjak masa kuliah ia sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah.

Masa kecil
Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya.]

Pendidikan
• TK Marsudirini, Yayasan Kanisius.
• SD s/d SMU Katolik, St. Yosef, Solo - Tamat pada tahun 1955.
• Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta - Tidak tamat.
• mendapat beasiswa American Academy of Dramatical Art (1964 - 1967)
Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia duduk di bangku SMP.

Saat itu ia sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata ia juga piawai di atas panggung. Ia mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil sebagai pembaca puisi yang sangat berbakat. Ia pertama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan tahun 70-an.

"Kaki Palsu" adalah drama pertamanya, dipentaskan ketika ia di SMP, dan “Orang-Orang di Tikungan Jalan” adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Pada saat itu ia sudah duduk di SMA. Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India. Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985).

Bengkel Teater dan Bengkel Teater Rendra
Pada tahun 1967, sepulang dari Amerika Serikat, ia mendirikan Bengkel Teater yang sangat terkenal di Indonesia dan memberi suasana baru dalam kehidupan teater di tanah air. Namun sejak 1977 ia mendapat kesulitan untuk tampil di muka publik baik untuk mempertunjukkan karya dramanya maupun membacakan puisinya.

Karya Drama :
• Orang-orang di Tikungan Jalan (1954)
• Bib Bob Rambate Rate Rata (Teater Mini Kata) - 1967
• SEKDA (1977)
• Selamatan Anak Cucu Sulaiman (dimainkan 6 kali)
• Mastodon dan Burung Kondor (1972)
• Hamlet (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)- dimainkan dua kali
• Macbeth (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)
• Oedipus Sang Raja (terjemahan dari karya Sophokles, aslinya berjudul "Oedipus Rex")
• Lysistrata (terjemahan)
• Odipus di Kolonus (Odipus Mangkat) (terjemahan dari karya Sophokles,
• Antigone (terjemahan dari karya Sophokles,
• Kasidah Barzanji (dimainkan 2 kali)
• Lingkaran Kapur Putih
• Panembahan Reso (1986)
• Kisah Perjuangan Suku Naga (dimainkan 2 kali)
• Shalawat Barzanji
• Sobrat

Kumpulan Sajak/Puisi
• Ballada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
• Blues untuk Bonnie
• Empat Kumpulan Sajak
• Sajak-sajak Sepatu Tua
• Mencari Bapak
• Perjalanan Bu Aminah
• Nyanyian Orang Urakan
• Pamphleten van een Dichter
• Rendra: Ballads and Blues Poem

Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer (lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 – meninggal di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun), secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Pramoedya telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing.

Penghargaan
• Doctor of Humane Letters dari Universitas Michigan tahun 1999
• Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1988
• Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS, 1989
• Wertheim Award, "for his meritorious services to the struggle for emancipation of Indonesian people", dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda, 1995
• Ramon Magsaysay Award, "for Journalism, Literature, and Creative Arts, in recognation of his illuminating with briliant stories the historical awakening, and modern experience of Indonesian people", dari Ramon Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina, 1995

Lain-lain
• Anggota Nederland Center, ketika masih di Pulau Buru, 1978
• Anggota kehormatan seumur hidup dari International PEN Australia Center, 1982
• Anggota kehormatan PEN Center, Swedia, 1982
• Anggota kehormatan PEN American Center, AS, 1987
• Deutschsweizeriches PEN member, Zentrum, Swiss, 1988
• International PEN English Center Award, Inggris, 1992
• International PEN Award Association of Writers Zentrum Deutschland, Jerman, 1999

Bibliografi
• Sepoeloeh Kepala Nica (1946), hilang di tangan penerbit Balingka, Pasar Baru, Jakarta, 1947
• Kranji–Bekasi Jatuh (1947), fragmen dari Di Tepi Kali Bekasi
• Perburuan (1950), pemenang sayembara Balai Pustaka, Jakarta, 1949 (dicekal oleh pemerintah karena muatan komunisme)
• Keluarga Gerilya (1950)
• Subuh (1951), kumpulan 3 cerpen
• Percikan Revolusi (1951), kumpulan cerpen
• Mereka yang Dilumpuhkan (I & II) (1951)
• Bukan Pasarmalam (1951)
• Di Tepi Kali Bekasi (1951), dari sisa naskah yang dirampas Marinir Belanda pada 22 Juli 1947
• Dia yang Menyerah (1951), kemudian dicetak ulang dalam kumpulan cerpen
• Cerita dari Blora (1952), pemenang karya sastra terbaik dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional, Jakarta, 1953
• Gulat di Jakarta (1953)
• Midah Si Manis Bergigi Emas (1954)
• Korupsi (1954)
• Mari Mengarang (1954), tak jelas nasibnya di tangan penerbit
• Cerita Dari Jakarta (1957)
• Cerita Calon Arang (1957)
• Sekali Peristiwa di Banten Selatan (1958)

Sitor Situmorang

Sitor Situmorang (lahir di Harian Boho, Toba Samosir, Sumatera Utara, 2 Oktober 1923; umur 87 tahun), dengan nama Raja Usu, adalah wartawan, sastrawan, dan penyair Indonesia. Ayahnya adalah Ompu Babiat Situmorang yang pernah berjuang melawan tentara kolonial Belanda bersama Sisingamangaraja XII.

Pendidikan
Sitor menempuh pendidikan di HIS di Balige dan Sibolga serta MULO di Tarutung kemudian AMS di Batavia (kini Jakarta). Tahun 1956-57 ia memperdalam ilmu sinematografi di Universitas California. Setelah keluar dari tahanan politik, ia tinggal di Leiden (1982-1990) lalu Islamabad (1991).

Pekerjaan
Kariernya dimulai sebagai wartawan harian Suara Nasional (Tarutung, 1945), Waspada (Medan, 1947), Berita Indonesia, dan Warta Dunia (Jakarta, 1957). Ia pernah menjadi dosen Akademi Teater Nasional Indonesia (Jakarta), anggota MPRS dari kalangan seniman, Ketua Lembaga Kebudayaan Nasional (1959-65), lalu ditahan pemerintahan Orde Baru.

Karya tulis
Karyanya antara lain kumpulan cerpen Pertempuran dan Salju di Paris (1956) mendapat hadiah sastra nasional 1955, kumpulan sajak Peta Perjalanan memperoleh hadiah dari Dewan Kesenian Jakarta 1976, otobiografi : Sitor Situmorang Sastrawan 45, Penyair Danau Toba (1981).

Sutan Takdir Alisyahbana

Sutan Takdir Alisyahbana adalah motor dan pejuang gerakan pujangga Baru. Dia dilahirkan di Natal, Tapanuli Selatan, puda tanggal 11 Pebruari 1908. Buku roman pertamanya adalah Tak putus Dirundung Malang yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, tempat dia bekerja. Mula-mula Sutan Takdir Alisyahbana bersekolah di HD Bangkahulu, kemudian melanjutkan ke Kweekschool di Muara Enim, dan HBS di Bandung. Setelah itu, ia melanjutkan ke perguruan tinggi, yaitu RHS ( Recht HogeSchool) di Jakarta. Pada tahun 1942 Sutan Takdir Alisyahbana mendapat gelar Meester in de rechten (Sarjana Hukum). Selain itu, Takdir mengikui titiatrtentang ilmu bahasa umum, kebudayaan Asia, dan filsafat. Peranan Sutan Takdir Alisyahbana dalam bidang sastra, budaya, dan bahasa sangat besar. Ia telah menulis beberapa judul buku yang berhubungan dengan ketiga bidang tersebut.

Karyanya di dunia sastra
• Tak Putus Dirundung Malang (1929)
• Diam Tak Kunjung padam (1932)
• Layar Terkembang 1936
• Anak Perawan di Sarang Penyamun (1941l), Grotta Azzura (1970)
• Tebaran Mega, Kalah dan Menang (1978)
• Puisi Lama (1941)
• Puisi Baru (1946)

Karyanya yang lain yang bukan berupa karya sastra
• Tata bahasa Bahasa Indonesia (1936)
• Pembimbing ke Filsafat (1946)

Agus R. Sarjono

Agus R. Sarjono (lahir di Bandung, Jawa Barat, 27 Juli 1962; umur 49 tahun) adalah penyair dan penulis Indonesia. Pada 1988, Ia lulus dari Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), IKIP Bandung, kemudian menyelesaikan program pasca sarjana di Jurusan Kajian Sastra, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Indonesia pada 2002. Agus adalah Ketua Bidang Program Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) periode 2003-2006. Sebelumnya ia adalah Ketua Komite Sastra DKJ periode 1998-2001. Sehari-hari¬nya Agus bekerja sebagai pengajar pada Ju¬rus¬¬an Teater Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), Ban¬dung, serta men¬¬jadi redaktur Majalah Sastra Horison.

Pada Februari hingga Oktober 2001, Agus tinggal di Leiden, Belanda sebagai poet in residence atas undangan Poets of All Nations (PAN) serta peneliti tamu pada International Institute for Asian Studies (IIAS), Universitas Leiden. Ia juga pernah diundang sebagai penyair tamu di Heinrich Böll Haus, Langenbroich, Jerman sejak Desember 2002 hingga Maret 2003.

Selain menulis dan menerbitkan karyanya sendiri, Agus bersama Berthold Damshäuser menjadi editor beberapa buku kumpulan puisi sastrawan besar Jerman seperti Rilke, Bertolt Brecht, Paul Celan, Johann Wolfgang von Goethe, dan Hans Magnus Enzensberger. Semasa kuliahnya di IKIP Bandung, Agus terlibat aktif dalam kelompok diskusi Diskusi Lingkar yang mendiskusikan berbagai isu sosial, politik, budaya, dan ekonomi pada masa Orde Baru. Pada tahun 1987 Agus terlibat dalam pendirian Unit Pers Mahasiswa IKIP Bandung sekaligus menjadi Ketua Umum hingga tahun 1989.
Karya Agus R. Sarjono
Puisi
• Kenduri Airmata (1994, 1996)
• A Story from the Country of the Wind (edisi Bahasa Inggris, 1999, 2001)
• Suatu Cerita dari Negeri Angin (2001, 2003)
• Frische Knochen aus Banyuwangi (edisi Bahasa Jerman, diterjemahkan oleh Berthold Damshäuser dan Inge Dumpél, 2003)
• Diterbangkan Kata-kata (2006)

Antologi Puisi
• Tangan Besi, Antologi Puisi Reformasi (1998)

Esai
• Bahasa dan Bonafiditas Hantu (2001)
• Sastra dalam Empat Orba (2001)

Drama
• Atas Nama Cinta (2004)
• Konferensi, Festival, dan Pembacaan
• "Asean Writers Conference", Manila (1995)
• "Istiqlal International Poetry Reading", Jakarta (1995)
• "Ipoh Arts Festival III", Negeri Perak, Malaysia (1998)
• "The Netherlands-Indonesian Poetry Night" di Erasmus Huis, Jakarta (1998)
• "Festival de Winternachten", Den Haag (1999 and 2005)
• "Poetry on the Road", Bremen (2001)
• "Internationales Literaturfestival Berlin" (2001)
• "The Dubai International Poetry Festival" (2009)

Sebagai Editor
• Saini KM: Puisi dan Beberapa Masalahnya (1993)
• Catatan Seni (1996)

Dewi Lestari

Dewi Lestari Simangunsong yang akrab dipanggil Dee (lahir di Bandung, Jawa Barat, 20 Januari 1976; umur 35 tahun) adalah seorang penulis dan penyanyi asal Indonesia. Lulusan jurusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan ini awalnya dikenal sebagai anggota trio vokal Rida Sita Dewi. Sejak menerbitkan novel Supernova yang populer pada tahun 2001, ia juga dikenal luas sebagai novelis.

Karier Menulis
Salah satu cerpennya berjudul "Sikat Gigi" pernah dimuat di buletin seni terbitan Bandung, Jendela Newsletter, sebuah media berbasis budaya yang independen dan berskala kecil untuk kalangan sendiri. Novel pertamanya yang sensasional, Supernova Satu : Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh, dirilis 16 Februari 2001. Novel yang laku 12.000 eksemplar dalam tempo 35 hari dan terjual sampai kurang lebih 75.000 eksemplar ini banyak menggunakan istilah sains dan cerita cinta. Bulan Maret 2002, Dee meluncurkan “Supernova Satu” edisi Inggris untuk menembus pasar internasional dengan menggaet Harry Aveling (60), ahlinya dalam urusan menerjemahkan karya sastra Indonesia ke bahasa Inggris. Lama tidak menghasilkan karya, pada bulan Agustus 2008, Dee merilis novel terbarunya yaitu RECTOVERSO yang merupakan paduan fiksi dan musik. Tema yang diusung adalah Sentuh Hati dari Dua Sisi. Recto Verso-pengistilahan untuk dua citra yang seolah terpisah tapi sesungguhnya satu kesatuan. Saling melengkapi. Buku RECTOVERSO terdiri dari 11 fiksi dan 11 lagu yang saling berhubungan. Tagline dari buku ini adalah Dengar Fiksinya, Baca Musiknya. Website khusus mengenai ulasan buku RECTOVERSO ada di www.dee-rectoverso.com

Subagio Sastrowardoyo

Subagio Sastrowardoyo (lahir di Madiun, Jawa Timur, 1 Februari 1924, meninggal di Jakarta, 18 Juli 1995 pada umur 71 tahun) adalah seorang dosen, penyair, penulis cerita pendek dan esei, serta kritikus sastra asal Indonesia. Selama bertahun-tahun, ia adalah direktur perusahaan penerbitan Balai Pustaka.

Pendidikan dan karier
Subagio berpendidikan HIS di Bandung dan Jakarta, HBS, SMP, dan SMA di Yogyakarta, Fakultas Sastra UGM selesai tahun 1958, Universitas Yale tahun 1961-1966. Pernah menjabat Ketua Jurusan Bahasa Indonesia Kursus B-I di Yogyakarta (1954-1958), dosen Kesustraan Indonesia di Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM (1658-1961), dosen UNPAD, dosen SESKOAD keduanya di Bandung, dosen bahasa dan Kesusastraan Indonesia di Universitas Flinders, Adelaide, dan terakhir bekerja di Penerbit Balai Pustaka. Pada musim panas 1984, ia juga pernah menjadi seorang instruktur tamu di Universitas Ohio, dan mengajarkan bahasa Indonesia.

Karya
Sekitar tahun 1950-an, Subagio lebih menonjol sebagai pengarang cerpen daripada seorang penyair. Cerpennya yang berjudul Kejantanan di Sumbing pernah mendapatkan hadiah sebagai cerpen terbaik. Dalam cerpen dan sajak-sajaknya, banyak dilukiskan manusia yang gampang dirangsang oleh nafsunya. Manusia-manusia Subagio adalah manusia-manusia yang dalam mencoba mempertahankan kewajiban tergoda oleh sifat-sifat kedagingannya.

Puisi-puisi Subagio umumnya dipandang mempunyai bobot filosofis yang tinggi dan mendalam, dan tidak dapat ditafsirkan secara harfiah. Perumpamaan dan lambang digunakannya secara dewasa dan matang. Sajaknya yang berjudul Dan Kematian Makin Akrab memenangkan Hadiah Horison untuk sajak-sajak yang dimuat tahun 1966-1967, dan tahun 1970 mendapatkan Anugerah Seni dari Pemerintah RI untuk kumpulan sajaknya Daerah Perbatasan (1970).

Bibliografi
• Puisi
• Simphoni (1957)
• Daerah Perbatasan (1970)
• Keroncong Motinggo (1975)
• Buku Harian (1979)
• Hari dan Hara (1982)
• Kematian Makin Akrab (1995).

Kritik sastra
• Sastra Hindia Belanda dan Kita (1990)

Antologi
• On Foreign Shores: American Images in Indonesian Poetry. Jakarta: Lontar Foundation, 1990. ISBN 979-8083-02-4 ISBN 978-979-8083-02-0
• John H. McGlynn and E.U. Kratz, eds., Walking Westward in Morning: Seven Contemporary Indonesian Poets. School of Oriental & African Studies, 1990. ISBN 979-8083-03-2
• John H. McGlynn, ed., Menagerie 1. 1992. ISBN 979-407-238-9 Jakarta: Lontar Foundation, 2006. ISBN 979-8083-07-5 ISBN 978-979-8083-07-5
• Iem Brown and Joan Davis, eds., Di Serambi/On the Verandah: A Bilingual Anthology of Modern Indonesian Poetry. Cambridge: Cambridge University Press, 1995. ISBN 978-0-521-47202-9
• Erica Manh, comp. Sharing Fruit: An Anthology of Asian and Australian Writing. Melbourne: Curriculum Corporation, 1998. ISBN 1-86366-385-1

Taufiq Ismail

Latar Belakang
Dilahirkan di Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935. Menghabiskan masa SD dan SMP di Bukittinggi dan SMA di Pekalongan, ia tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan yang suka membaca. Ia telah bercita-cita menjadi sastrawan sejak masih SMA. Dengan pilihan sendiri, ia menjadi dokter hewan dan ahli peternakan karena ingin memiliki bisnis peternakan guna menafkahi cita-cita kesusastraannya. Ia tamat FKHP-UI Bogor pada 1963 tapi gagal punya usaha ternak yang dulu direncanakannya di sebuah pulau di Selat Malaka.

Kegiatan
Semasa kuliah aktif sebagai Aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII), Ketua Senat Mahasiswa FKHP-UI (1960-1961) dan WaKa Dewan Mahasiswa UI (1961-1962).
Di Bogor pernah jadi guru di SKP Pamekar dan SMA Regina Pacis, juga mengajar di IPB. Karena menandatangani Manifesto Kebudayaan, gagal melanjutkan studi manajemen peternakan di Florida (1964) dan dipecat sebagai dosen di Institut Pertanian Bogor. Ia menulis di berbagai media, jadi wartawan, salah seorang pendiri Horison (1966), ikut mendirikan DKJ dan jadi pimpinannya, Pj. Direktur TIM, Rektor LPKJ dan Manajer Hubungan Luar Unilever. Penerima beasiswa AFS International Scholarship, sejak 1958 aktif di AFS Indonesia, menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan Bina Antarbudaya, penyelenggara pertukaran pelajar antarbangsa yang selama 41 tahun (sejak 1957) telah mengirim 1700 siswa ke 15 negara dan menerima 1600 siswa asing di sini. Taufiq terpilih menjadi anggota Board of Trustees AFSIS di New York, 1974-1976.

Penghargaan
• Mendapat Anugerah Seni dari Pemerintah (1970)
• Cultural Visit Award Pemerintah Australia (1977)
• South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1994)
• Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994)
• Dua kali ia menjadi penyair tamu di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1971-1972 dan 1991-1992)
• Pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur (1993)

Bibliografi
• Prahara Budaya : kilas-balik ofensif Lekra/PKI dkk
• kumpulan dokumen pergolakan sejarah
• Vernite Mne Indoneziyu (Kembalikan Indonesia Padaku)
• Puisi Pilihan

Wayan Sunarta

Wayan Sunarta lahir di Denpasar, 22Juni 1975. Menyelesaikan studi antropologi di Fakultas sastra Llniversitas udayana, Bali, 2000. Tahun 1993-1995 aktif dalam Sanggar Minum Kopi Bali. Kemudian mendirikan Sanggar Purbacaraka di Fakul tas Sastra Universitas Udayana. Menulis puisi, prosa liris, cerita pendek, feature, esai, artikel dan ulasan seni rupa. Tulisan-tulisannya dipublikasikan di harian Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Republika Suara Pembaruaq Sinar Harapan, The Jakarta Post, Bali Post, Nusa' Minggu pagi, Lampung Post, Jurnal Kalam, Jurnal Cak, majalah sastra Horison, majalah Kolong Budaya majalah Coast Lines, majalah Bali Echc, majalah Latitades, Gatra majalah Gamma, majalah Matra Bali, majalah Blocknot Poetry, jurnal Seni Rupa SIDI.

Tahun 2001 Sebuah cerpennya terpilih sebagai Sepuluh Cerpen Terbaik lomba penulisan cerpen yang digelar Harian Bali Post dan dibukukan dalam antologi Obituari Bagi yang Tak Mati (Pustaka Bali Past, 2002). Tahun 2003, sebuah cerpennya masuk nominasi Krakatau Award lomba penulisan cerpen Nasional vang digelar Dewan Kesenian Lampung, dihimpun dalam manuskrip MuliSikep (DKL, 2003). Tahun 2004,sebuah cerpennya masuk Cerpen Pilihan Kompas 2004, dimuat dalam buku Sepi pun Menari di Tepi Hari (Buku Kompas, 2004). Dalam bidang puisi, 1993 meraih sejumlah penghargaan lomba penulisan puisi nasional, diantaranya Krakatau Award dari Dewan Kesenian Lampung (2002).

Akmal Nasery Basral

Akmal Nasery Basral adalah wartawan dan sastrawan Indonesia. Kumpulan cerpen pertamanya Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku (2006) yang terdiri dari 13 cerpen termasuk long-list Khatulistiwa Literary Award 2007. Dia menyelesaikan pendidikan sarjana di Jurusan Sosiologi Universitas Indonesia. Saat ini tinggal di Cibubur, Bekasi, bersama istri, Sylvia, dan ketiga putri mereka, Jihan, Aurora, Ayla.

Jurnalistik
Sebagai wartawan ia pernah bekerja untuk majalah berita mingguan Gatra (1994-1998), Gamma (1999), sebelum bekerja di majalah Tempo (2004-sekarang). Ia juga pendiri dan pemimpin redaksi majalah tren digital @-ha (2000-2001), serta MTV Trax (2002) yang kini menjadi Trax setelah kerjasama MRA Media Group, penerbit majalah itu, dengan MTV selesai.

Sastra
Sebagai sastrawan ia termasuk terlambat menerbitkan karya. Baru pada usia 37 tahun, novel pertamanya Imperia (2005) terbit, dilanjutkan dengan Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku (2006), serta Naga Bonar (Jadi) 2 (2007), novel dari film box-office berjudul sama yang disutradarai aktor kawakan Deddy Mizwar. Berdasarkan informasi di sampul belakang Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku, saat ini Akmal sedang menyelesaikan novel Las Palabras de Amor, sebuah judul yang diambil dari salah satu lagu kelompok Queen, grup musik favoritnya.

Bibliografi
• Seputar Pembaruan Tentang Islam, co-editor (non-fiksi, 1990).
• Andai Ia Tahu: Kupas Tuntas Proses Pembuatan Film, penyunting pendamping (co-editor) (non-fiksi, 2003)
• Kisah Kasih Negeri Pengantin, co-writer (non-fiksi, 2005)
• Imperia, novel (2005)
• Ada Seseorang di Kepalaku Yang Bukan Aku, kumpulan cerpen (2006)
• Melodi Tanpa Do, skenario Film Televisi (FTV), ditayangkan Indosiar (2006)
• Selasar Kenangan, penyunting penyelia, kumpulan cerpen mailing list Apresiasi Sastra (2006)
• Nagabonar Jadi 2, novel adaptasi (2007)
• Sang Pencerah, novel adaptasi (2010)

Karya Terjemahan
• Million $$ Baby (F.X. Toole), penyunting pendamping (co-editor) edisi Indonesia (2006)
• The Sea (John Banville), penyunting edisi Indonesia (2007)
• Akhenaten Adventure (P.B. Kerr), penyunting edisi Indonesia (2008)

Lain-lain
Di luar minatnya pada bidang jurnalistik dan sastra, Akmal Nasery Basral juga dikenal sebagai pengamat musik dan film Indonesia. Ia termasuk anggota awal tim sosialisasi Anugerah Musik Indonesia, sebuah penghargaan musik yang mengacu pada piala Grammy Award di Amerika Serikat. Ketika sosialisasi terhadap penghargaan utama bagi insan musik Indonesia ini dilakukan pada 1997, kalangan jurnalis diwakili oleh Akmal dan Bens Leo. Pada pergelaran AMI ke-10 (2006), Akmal ditunjuk sebagai ketua Tim Kategorisasi yang memformat ulang seluruh kategorisasi penghargaan. Di bidang perfilman Akmal menjadi satu dari lima juri inti Festival Film Jakarta ke-2 (2007), bersama Alberthiene Endah, Ami Wahyu, Mayong Suryo Laksono, dan Yan Widjaya. Festival Film Jakarta adalah sebuah penghargaan yang sepenuhnya melibatkan wartawan film nasional sebagai pemilih awal. Sistem festival mengacu pada Golden Globe Award.

Helvy Tiana Rosa

Helvy Tiana Rosa (lahir di Medan, Sumatera Utara, 2 April 1970; umur 41 tahun) adalah sastrawan, motivator menulis, editor dan dosen. Helvy memperoleh gelar sarjana sastra dari Fakultas Sastra UI, gelar magister dari Jurusan Ilmu Susastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, dan kini tengah menempuh program doktoral di bidang Pendidikan Bahasa, Universitas Negeri Jakarta. Helvy adalah salah satu dari 10 Perempuan Penulis Paling Terkenal menurut survey Metro TV 2009 dan merupakan satu dari 15 Tokoh Muslim Indonesia yang terpilih sebagai 500 Muslim Paling Berpengaruh di dunia, hasil penelitian The Royal Islamic Strategic Studies Centre, Jordan, bekerjasama dengan Georgetown University, 2009.

Mantan Redaktur dan Pemimpin Redaksi Majalah Annida (1991-2001) ini, tahun 1990 mendirikan Teater Bening—sebuah teater kampus di FSUI yang seluruh anggotanya adalah perempuan, menulis naskah dan menyutradarai pementasan teater tersebut di Gedung Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Auditorium Fakultas Sastra UI serta keliling Jawa dan Sumatera. Helvy merupakan pendiri dan Ketua Umum Forum Lingkar Pena/ FLP (1997-2005), sebuah forum penulis muda beranggotakan lebih 7000 orang yang tersebar di 125 kota di Indonesia dan mancanegara. Bersama teman-temannya di FLP, ia mendirikan dan mengelola “Rumah baCA dan HAsilkan karYA” (Rumah Cahaya) yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Selama 11 tahun keberadaannya, bekerjasama dengan puluhan penerbit, FLP telah meluncurkan lebih dari 1000 judul buku. Karena kegiatannya The Straits Times dan Koran Tempo menyebut Helvy sebagai Lokomotif Penulis Muda Indonesia (2003). Tahun 2008, Helvy membawa FLP meraih Danamon Award.

Buku
• Bukavu (LPPH), 2008)
• Catatan Pernikahan (LPPH, 2008)
• Tanah Perempuan, Naskah Drama (Lapena, 2007)
• Risalah Cinta (Lingkar Pena Publishing House, 2005)
• Menulis Bisa Bikin Kaya! (MVP 2006)
• Perempuan Bermata Lembut ( Antologi Cerpen Bersama, FBA Press 2005)
• Ketika Cinta Menemukanmu (Antologi Cerpen Bersama, Gema Insani Press 2005)
• Dokumen Jibril (Antologi Cerpen Bersama, Republika 2005)
• Jilbab Pertamaku (Kumpulan Tulisan Bersama, LPPH, 2005)
• 1001 Kisah Luar Biasa dari Orang-orang Biasa (Penerbit Anak Saleh 2004)
• Dari Pemburu ke Teurapeutik (Antologi Cerpen Bersama, Pusat Bahasa 2004)
• Lelaki Semesta (Antologi Cerpen Bersama, LPPH, 2004)
• Matahari Tak Pernah Sendiri I (Kumpulan Tulisan Bersama, LPPH, 2004)
• Di Sini Ada Cinta! (Kumpulan Tulisan Bersama, LPPH, 2004)
• Leksikon Sastra Jakarta (DKJ dan Penerbit Bentang, 2003)
• Segenggam Gumam, Esai-esai Sastra dan Budaya (Syaamil, 2003)
• Bukan di Negeri Dongeng (Syaamil, 2003)
• Lelaki Kabut dan Boneka/ Dolls and The Man of Mist, Kumpulan Cerpen Dwi Bahasa (Syaamil, 2002)
• Wanita yang Mengalahkan Setan, Kritik Sastra (Tamboer Press, 2002)
• Pelangi Nurani (Syaamil, 2002)
• Sajadah Kata (Antologi Puisi Bersama, Syaamil, 2002)
• Kitab Cerpen: Horison Sastra Indonesia (Yayasan Indonesia & Ford Foundation, 2002)
• Dunia Perempuan (Antologi Cerpen Bersama, Bentang, 2002)
• Ini…Sirkus Senyum (Antologi Cerpen Bersama, Komunitas Bumi Manusia, 2002)
• Luka Telah Menyapa Cinta (Antologi Cerpen Bersama, FBA Press, 2002)
• Kado Pernikahan (Antologi Cerpen Bersama, Syaamil, 2002)
• Graffiti Gratitude (Antologi Puisi Bersama, Penerbit Angkasa, 2001)
• Dari Fansuri ke Handayani (Penerbit Horison dan Ford Foundation, 2001)
• Ketika Duka Tersenyum (Antologi Cerpen Bersama, FBA Press, 2001)
• Titian Pelangi, Kumpulan Cerpen (Mizan, 2000)

Naskah Drama
• Menulis naskah dan menyutradarai pementasan Teater Bening di Gedung Kesenian Jakarta, Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Auditorium Fakultas Sastra UI, serta keliling kampus di Jawa dan Sumatera (1991-2000)
• Tanah Perempuan (2005)
• Mataairmata Merdeka (bersama Rahmadiyanti, 2000).
• Pertemuan Perempuan (bersama Muthiah Syahidah, 1997)
• Mencari Senyuman (1998)
• Sebab Aku Cinta, Sebab Aku Angin (1999)
• Luka Bumi (1997)
• Fathiya dari Srebrenica (1994)
• Maut di Kamp Loka (1994)
• Negeri Para Pesulap (1993)
• Aminah & Palestina (1991)
• Referensi
• Pena Kecil Helvy Tiana Rosa
• Sayap-Sayap Pena Helvy
• Helvy Tiana Rosa: Menulis Itu Bakat dari Allah
• Sosok dan Kiprah: Helvy Tiana Rosa
• Helvy Tiana Rosa; Tokoh Perbukuan Islam 2006
• Berharap Kepada Perempuan Penulis
• Mereka yang dikenal Produktif Menulis
• 10 tahun FLP Melebar Sampai Luar Negeri
• Novaganza Bertabur Bintang dan Hiburan
• Success Story: Helvy Tiana Rosa
• Setiap Karya sastra Harus memberi Pencerahan
• An Inspiring Indonesian Writing group is Giving Women A Greater Voice
• Profil Helvy di Goodreads.com
• Helvy Tiana Rosa Raih Danamon Award
• Profil Helvy di LInkedin


Korrie Layun Rampan

Ayahnya bernama Paulus Rampan dan ibunya bernama Martha Renihay-Edau Rampan, beretnis Dayak Benuaq. Semasa muda, Korrie lama tinggal di Yogyakarta. Di kota itu pula ia berkuliah. Sambil kuliah, ia aktif dalam kegiatan sastra. Ia bergabung dengan Persada Studi Klub -- sebuah klub sastra-- yang diasuh penyair Umbu Landu Paranggi. Di dalam grup ini telah lahir sejumlah sastrawan ternama, seperti Emha Ainun Nadjib, Linus Suryadi A.G., Achmad Munif, Arwan Tuti Artha, Suyono Achmad Suhadi, R.S.

Sejak Maret 2001 menjadi Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Koran Sendawar Pos yang terbit di Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Di samping itu, ia juga mengajar di Universitas Sendawar, Melak, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Dalam Pemilu 2004 ia sempat duduk sebagai anggota Panwaslu Kabupaten Kutai Barat, tetapi kemudian mengundurkan diri karena mengikuti pencalegan. Oleh konstituen, ia dipercayakan mewakili rakyat di DPRD Kabupaten Kutai Barat periode 2004-2009. Di legislatif itu Korrie menjabat sebagai Ketua Komisi I.

Referensi
• Profil Korrie Layun Rampan di Gramedia
• (Indonesia) Rampan, Korrie Layun (1999)
• Aliran-Jenis Cerita Pendek. PT Balai Pustaka

Sariamin Ismail

Sariamin Ismail , lahir di Talu, Pasaman, Sumatra Barat, 31 Juli 1909 adalah sastrawan Indonesia. Dia adalah seorang tokoh penulis Indonesia, yang mulai menulis pada usia 16 tahun dengan novel pertamanya berjudul Kalau tak Untung terbitan Balai Pustaka pada tahun 1934. Dikenal sebagai Pengarang pertama Indonesia dari kaum perempuan. Dalam menulis novelnya ataupun menulis di surat kabar, ia lebih suka memakai nama samaran Selasih, ataupun Seleguri atau gabungan dari kedua nama samaran tersebut, Selasih Seleguri.

Karya-karyanya
• Kalau Tak Untung (1933)
• Pengaruh Keadaan (1937)
• Puisi Baru - kumpulan puisi (1946)


Sapardi Djoko Damono


Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret 1940; umur 71 tahun) adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Ia dikenal dari berbagai puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat popular. Masa mudanya dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958). Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah "Horison", "Basis", dan "Kalam". Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar.

Karya-karya
Sajak-sajak SDD, begitu ia sering dijuluki, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Ia tidak saja menulis puisi, namun juga cerita pendek. Selain itu, ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esei, serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola. Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet "Dua Ibu"). Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD.

Kumpulan Puisi/Prosa
• "Duka-Mu Abadi", Bandung (1969)
• "Lelaki Tua dan Laut" (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)
• "Mata Pisau" (1974)
• "Sepilihan Sajak George Seferis" (1975; terjemahan karya George Seferis)
• "Puisi Klasik Cina" (1976; terjemahan)
• "Lirik Klasik Parsi" (1977; terjemahan)
• "Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak" (1982, Pustaka Jaya)

Musikalisasi Puisi
Musikalisasi puisi karya SDD dimulai pada tahun 1987 ketika beberapa mahasiswanya membantu program Pusat Bahasa, membuat musikalisasi puisi karya beberapa penyair Indonesia, dalam upaya mengapresiasikan sastra kepada siswa SLTA. Saat itulah tercipta musikalisasi Aku Ingin oleh Ags. Arya Dipayana dan Hujan Bulan Juni oleh H. Umar Muslim. Kelak, Aku Ingin diaransemen ulang oleh Dwiki Dharmawan dan menjadi bagian dari "Soundtrack Cinta dalam Sepotong Roti" (1991), dibawakan oleh Ratna Octaviani. Beberapa tahun kemudian lahirlah album "Hujan Bulan Juni" (1990) yang seluruhnya merupakan musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. Duet Reda Gaudiamo dan Ari Malibu merupakan salah satu dari sejumlah penyanyi lain, yang adalah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Album "Hujan Dalam Komposisi" menyusul dirilis pada tahun 1996 dari komunitas yang sama. Sebagai tindak lanjut atas banyaknya permintaan, album "Gadis Kecil" (2006) diprakarsai oleh duet Dua Ibu, yang terdiri dari Reda Gaudiamo dan Tatyana dirilis, dilanjutkan oleh album "Becoming Dew" (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu. Ananda Sukarlan pada Tahun Baru 2008 juga mengadakan konser kantata "Ars Amatoria" yang berisi interpretasinya atas puisi-puisi SDD serta karya beberapa penyair lain.

Buku
• "Sastra Lisan Indonesia" (1983), ditulis bersama Subagio Sastrowardoyo dan A. Kasim Achmad. Seri Bunga Rampai Sastra ASEAN.
• "Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan"
• "Dimensi Mistik dalam Islam" (1986), terjemahan karya Annemarie Schimmel "Mystical Dimension of Islam", salah seorang penulis.

Rusman Sutiasumarga


Rusman Sutiasumarga Lahir tanggal 5 Juli 1917 di Sagalaherang, Subang, Jawa Barat. Pendidikan Setelah tamat SMTP, kemudian masuk sekolah guru nasional Taman Siswa Budi Arti, tamat tahun 1941.

Pengalaman kerja
Tahun l94l - 1943 menjadi guru SD Swasta. Tahun 1943 - 1973 ( sampai saat pension ) bekerja di balai pustaka sebagai redaktur. Selain menjadi redaktur Balai pustka, ia juga mengajar di Taman Siswa sampai tahun 1984. Ia juga pernah menjadi dosen di Fak. Sastra UI dan Universitas Res Publica (sekarang Trisakti) dalam mata kuliah Sastra/Bahasa Sunda. Tahun 1968 dikirim ke Jepang sebagai traince dalam bidang pembukuan atas nama penerbit Balai Pustaka Kegiatan di bidang sastra/bahasa: Tahun 1956 anggota juri BMKN untuk penetapan hadiah sastra 1955/1956 sampai dengan tahun 1958 ketua komisi Istilah Lembaga Basajeung sastra sunda Bandung. Tahun 1972 menjadi seketaris Panitia Pertimbangan Anugrah Seni. Depdikbud bidang Sastra Indonesia. Tahun 1972 itu juga menjadi anggota merangkap koordinator Komisi Penilai Naskah Sayembara Mangarang Bacaan Remaja, menyambut Tahun baru Intemasional 1972 lndonesia. Tahun 1977 anggota Dewan Juri Sayembara Mengarang Roman, Dewan Kesenian Jakarta.

Penghargaan
• Tahun 196l dari Lembaga Basa Jeungsastra Sunda untuk cerita pendek terbaik. Tahun l972 dari Menteri Penerangan, untuk pelaksaan program tahun buku internasional Indonesia.
• Tahun 1977 dari Gubemur DKI Jaya atas kegiatannya terus-menerus dalam bidang kesenian sastra Sunda di DKI Jaya.
• Tahun 1977 dari pusat pembinaan dan pengembangan bahasa

Buku-bukunya yang sudah terbit
• Yang Terhempas dan terkandas, kumpulan cerpen 1951
• Ciung wanara, cerita anak-anak 1961
• Korban Romantik, kumpulan cerpen tahun 1963
• Aneka pustaka, kumpulan pembicaraan buku tahun 1974
• Si Buncir, cerita anak - anak, tahun 1967
• Papacangan, kumpulan cerpen bahasa sunda, tahun 1960
• Cinta pertama, terjemahan karya Ivan Toergenyew, tahun 1972
• Robinson Crusoe, terjemahan karya Danil Defoe, bersama Haksan wirasutisna tahun 1975.


DAFTAR PUSTAKA

  • IKIP Malang. 1996. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang : IKIP Malang
  • Samsuri. 1980. Analisa Bahasa. Jakarta : Erlangga
  • Badudu, J.S. 1975. Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Prima
  • Alwi, Hasan. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka
  • Keraf, Gorys. 1984. Komposisi Karya. Jakarta : Nusa Indah
  • Wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar