Allah
Ta’ala berfirman: “Dan sesungguhnya berdzikir kepada Allah itu adalah lebih
besar -keutamaannya-.” (al-’Ankabut: 45)
Allah Ta’ala juga berfirman: “Maka
berdzikirlah engkau semua kepadaKu, tentu Aku akan ingat padamu semua.”
(al-Baqarah: 152)
Allah Ta’ala berfirman pula: “Dan berdzikirlah
kepada Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan takut dan bukan dengan suara
keras, di waktu pagi dan petang dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang
lalai” (al-A’raf: 205)
Allah Ta’ala berfirman lagi: “Dan
berdzikirlah engkau semua kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya, supaya engkau
semua berbahagia.” (al-Jumu’ah: 10)
Allah Ta’ala juga berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang Islam, lelaki dan perempuan,” sampai kepada firman
Allah Ta’ala: “Dan orang-orang’yang berdzikir kepada Allah, lelaki dan
perempuan dengan sebanyak-banyaknya, maka Allah menyediakan kepada mereka itu
pengampunan serta pahala yang besar.” (al-Ahzab: 35)
Allah Ta’ala berfirman lagi: “Hai
orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang
sebanyak-banyaknya dan Maha Sucikanlah Allah itu di waktu pagi dan sore,”
sampai akhir ayat. (al-Ahzab: 41-42)
1405. Dari Abu Hurairah r.a., katanya:
“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Ada dua kalimat yang ringan pada lisan -yakni
mudah diucapkan, tetapi berat sekali dalam timbangan -di akhirat-, dicintai
oleh Allah Maria Pengasih, yaitu Subhanallah wa bihamdih dan Subhanallahil
‘azhim.” Artinya: Maha Suci Allah dan dengan mengucapkan puji-pujian padaNya
dan Maha Suci Allah yang Maha Agung. (Muttafaq ‘alaih)
1406. Dari Abu Hurairah r.a., katanya:
“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya kalau saya mengucapkan: Subhanallah
walhamdu lillah wa la ilaha illallah wallahu akbar -yg artinya: Maha Suci
Allah, segenap puji bagi Allah, tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah adalah
Maha Besar-, maka itu adalah lebih saya sukai daripada apa saja yang matahari
terbit atasnya -yakni lebih disukai dari dunia dan seisinya ini.” (Riwayat
Muslim)
1407. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa mengucapkan: La ilaha illallah wahdahu
la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir -yg
artinya: Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya.
BagiNya adalah semua kerajaan dan puji-pujian dan Allah adalah Maha Kuasa atas
segala sesuatu-, dalam sehari seratus kali, maka ia memperoleh pahala yang
menyamai dengan memerdekakan sepuluh orang hamba sahaya, juga untuknya
dicatatlah sebanyak seratus kebaikan dan dihapuskanlah dari dirinya sebanyak
seratus keburukan, juga ia dapat memperoleh perjagaan dari godaan syaitan pada
harinya itu sampai waktu sore. Tiada seorangpun yang dapat memperoleh sesuatu
yang lebih utama dari apa yang dilakukan oleh orang di atas itu, melainkan seorang
yang mengerjakan lebih banyak dari itu.” Beliau s.a.w. selanjutnya bersabda:
“Barangsiapa yang mengucapkan: Subhanallah wa bihamdih -Maha Suci Allah dan
dengan mengucapkan puji-pujian padaNya-, dalam sehari sebanyak seratus kali,
maka dihapuskanlah dari dirinya semua kesalahan-kesalahannya (dosa-dosa kecil),
sekalipun kesalahan-kesalahannya itu banyaknya seperti buih lautan.” (Muttafaq
‘alaih)
1408. Dari Abu Ayyub al-Anshari r.a.
dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Barangsiapa mengucapkan: La ilaha illallahu
wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in
qadir -artinya lihat hadits no.1407-, sebanyak sepuluh kali, maka ia adalah
sebagaimana seorang yang memerdekakan empat jiwa dari keturunan Ismail.”
(Muttafaq ‘alaih)
1409. Dari Abu Zar r.a., katanya:
“Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya: “Tidakkah engkau semua suka kalau saya
beritahukan kepadamu perihal ucapan yang paling dicintai oleh Allah?
Sesungguhnya ucapan yang paling dicintai oleh Allah ialah Subhanallah wa
bihamdih.” (Riwayat Muslim)
1410. Dari Abu Malik al-Asy’ari r.a.,
katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bersuci itu adalah separuh keimanan,
bacaan Alhamdulillah itu adalah memenuhi beratnya timbangan -di akhirat, sedang
Subhanallah dan Alhamdulillah itu memenuhi apa yang ada diantara langit dan
bumi.” (Riwayat Muslim)
1411. Dari Sa’ad bin Abu Waqqash r.a.,
katanya: “Ada seorang A’rab -penghuni pedalaman negeri Arab- datang kepada
Rasulullah s.a.w., lalu berkata: “Ajarkanlah kepada saya sesuatu ucapan yang
baik saya ucapkan!” Beliau s.a.w. bersabda: “Katakanlah: La ilaha illallah
wahdahu la syarikalah, Allahu Akbar kabira, walhamdu lillahi katsira, wa
subhanallahi rabbil ‘alamin wa la haula wa la quwwata illa billahil ‘azizil
hakim.” Artinya: Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu
bagiNya. Allah adalah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji bagi
Allah dengan sebanyak-banyaknya, Maha Suci Allah yang menguasai seluruh alam
dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah yang
Maha Mulia lagi Bijaksana. Orang A’rab tadi lalu berkata: “Itu semua adalah
untuk memuji Tuhanku. Lalu manakah yang untuk kepentinganku?” Beliau s.a.w.
bersabda: “Katakanlah: Allahummaghfir li warhamni wahdini warzuqni” -Ya Allah,
berilah pengampunan pada saya, berilah kerahmatan, juga petunjuk dan rezeki
kepada saya. (Riwayat Muslim)
1412. Dari Tsauban r.a., katanya:
“Rasulullah s.a.w. itu apabila selesai dari shalatnya, beliau s.a.w. lalu
mengucapkan istighfar -yakni ucapan Astaghfirullah, artinya: Saya mohon ampun
kepada Allah-, sebanyak tiga kali, kemudian mengucapkan: Allahumma antas salam,
wa minkas salam, tabarakta ya dzaljalali wal-ikram.” Ya Allah, Engkau adalah
Maha Menyelamatkan, daripadaMulah datangnya keselamatan, Engkau Maha Tinggi,
hai Zat yang memiliki keperkasaan dan kemuliaan. Kepada al-Auza’i ditanyakan
-Beliau adalah salah seorang yang meriwayatkan Hadis-: “Bagaimanakah ucapan
istighfar itu?” Ia menjawab: “Orang yang beristighfar itu supaya mengucapkan:
Astaghfirullah, astaghfirullah.” (Riwayat Muslim)
1413. Dari Almughirah r.a. bahwasanya
Rasulullah s.a.w. itu apabila selesai dari shalat dan telah bersalam, lalu
mengucapkan: La ilaha illalahu wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul
hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir -artinya lihat hadits no.1407-.
Allahumma la mani’a lima a’thaita wa la mu’thia lima mana’ta wa la yanfa’u
dzaljaddi minkal jaddu -Ya Allah, tiada yang kuasa menolak terhadap apa saja
yang Engkau berikan dan tiada yang kuasa memberi terhadap apa saja yang Engkau
tolak dan tiada akan memberikan kemanfaatan kekayaan itu kepada orang yang
me-milikinya daripada siksaMu. (Muttafaq ‘alaih)
1414. Dari Abdullah bin az-Zubair
radhiallahu ‘Anhuma bahwasanya ia mengucapkan setiap selesai mengerjakan shalat
dan bersalam: La ilaha illallahu wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul
hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir. Lahaula wa la quwwata illabillah. La
ilaha illallahu wa la na’budu illa iyyahu, lahun ni’mati wa lahuts tsana-ul
hasan. La ilaha illallahu mukhlishina lahuddina walau karihal kafirun.
-Artinya: “Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya.
BagiNya adalah semua kerajaan dan puji-pujian dan Allah adalah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah.
Tiada Tuhan melainkan Allah dan kita tidak menyembah selain daripadaNya.
BagiNyalah segala kenikmatan dan keutamaan dan bagiNya pula puji-pujian yang
baik. Tiada Tuhan melainkan Allah, kita berikhlas hati menjalankan agama
untukNya, sekalipun orang-orang kafir membencinya”-. Abdullah bin az-Zubair
berkata: “Rasulullah s.a.w. biasa membaca dengan bacaan yang tersebut di atas
itu sehabis setiap bershalat.” (Riwayat Muslim)
1415. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya
kaum fakir dari golongan para sahabat Muhajirin mendatangi Rasulullah s.a.w.
lalu berkata: “Orang-orang yang memiliki harta banyak itu sama pergi -yakni
meninggal dunia- dengan membawa derajat yang tinggi-tinggi dan kenikmatan yang
kekal. Sebabnya ialah karena mereka bershalat sebagaimana kita bershalat,
mereka berpuasa sebagaimana kita berpuasa, lagi mereka mempunyai kelebihan dari
harta-harta mereka dan dapat mereka gunakan untuk beribadah haji, berumrah,
berjihad serta bersedekah.” Beliau s.a.w. lalu bersabda: “Tidakkah engkau semua
suka kalau saya ajarkan kepadamu semua sesuatu yang dengannya itu engkau semua
dapat mencapai pahala orang yang telah mendahuluimu dan dapat mendahului orang
yang sesudahmu. Juga tiada seorangpun yang lebih utama pahalanya daripadamu
semua, selain orang yang mengerjakan sebagaimana yang engkau kerjakan itu?”
Mereka menjawab: “Baiklah, ya Rasulullah.” Beliau s.a.w. bersabda: “Hendaklah
engkau semua membaca tasbih, tahmid dan takbir sehabis shalat -wajib- sebanyak
tiga puluh tiga kali masing-masing.” Abu Shalih yang meriwayatkan hadits ini
dari Abu Hurairah, ketika ditanya bagaimana cara menyebutkan tasbih, tahmid dan
takbir itu, lalu menjawab: “Orang yang berdzikir itu supaya mengucapkan:
“Subhanallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar -Maha Suci Allah dan segenap puji
bagi Allah dan Allah adalah Maha Besar-.” Sehingga jumlah semuanya itu ada tiga
puluh tiga kali. (Muttafaq ‘alaih) Imam Muslim menambahkan dalam riwayatnya:
“Lalu kembalilah kaum fakir dari golongan sahabat Muhajirin itu kepada
Rasulullah s.a.w. lalu mereka berkata: “Saudara-saudara kita yakni orang-orang
yang berharta sudah sama mendengar apa yang kita kerjakan ini, kemudian
merekapun mengerjakan seperti itu pula.” Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: “Yang
sedemikian itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada orang yang
dikehendaki.” Addutsur adalah jamaknya datsrun dengan fathahnya dal dan
saknahnya tsa’ yang bertitik tiga, artinya ialah harta yang banyak.
1416. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari
Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang membaca Subhanallah sehabis tiap
bershalat -wajib- sebanyak tiga puluh tiga kali dan membaca Alhamdudillah
sebanyak tiga puluh tiga kali dan pula membaca Allahu Akbar sebanyak tiga puluh
tiga kali dan untuk menyempurnakan keseratusnya ia membaca: La ilaha illallahu
wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in
qadir -artinya lihatlah dalam hadits no.1407-, maka diampunkanlah untuknya
semua kesalahan-kesalahannya, sekalipun banyaknya itu seperti buih lautan.”
(Riwayat Muslim)
1417. Dari Ka’ab bin ‘Ujrah r.a. dari
Rasulullah s.a.w. sabdanya: “Beberapa penghujung yang tidak akan rugilah orang
yang mengucapkannya atau yang mengerjakannya sehabis setiap shalat yang
diwajibkan, yaitu tiga puluh tiga kali bacaan tasbih, tiga puluh tiga kali
bacaan tahmid dan tiga puluh empat kali bacaan takbir.” (Riwayat Muslim)
1418. Dari Sa’ad bin Abu Waqqash r.a.
bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu berta’awwudz -yakni berdoa untuk mohon
perlindungan- pada setiap selesai shalat dengan kalimat-kalimat ini -yang
artinya- “Ya Allah, saya mohon perlindungan kepadaMu daripada licik dan kikir,
saya mohon perlindungan pula padaMu kalau saya sampai dikembalikan kepada
serendah-rendahnya usia -yakni usia terlampau tua-, juga saya mohon
perlindungan padaMu daripada fitnah dunia serta saya mohon perlindungan padaMu
daripada fitnah kubur.” (Riwayat Bukhari)
1419. Dari Mu’az r.a. bahwasanya
Rasulullah s.a.w. mengambil tangannya dan berkata: “Hai Mu’az, demi Allah,
sesungguhnya saya ini mencintaimu.” Beliau s.a.w. lalu melanjutkan sabdanya:
“Saya berwasiat padamu, hai Mu’az, janganlah sekali-kali engkau meninggalkan
setiap selesai bershalat mengucapkan -yang artinya: “Ya Allah, berilah saya
pertolongan untuk tetap berdzikir kepadaMu, serta bersyukur kepadaMu dan
beribadah secara baik kepadaMu.” Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad
shahih
1420. Dari Abu Hurairah r.a., katanya:
“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Jikalau seorang diantara engkau semua
bertasyahhud -yaitu mengucapkan bacaan Attahiyyat dan seterusnya-, maka pada
penghabisannya hendaklah mohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara.
Maka supaya ia mengucapkan -yang artinya: “Ya Allah, sesungguhnya saya mohon
perlindungan kepadaMu daripada siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari
fitnah di waktu hidup dan setelah mati dan pula dari kejahatan fitnahnya Dajjal
yang mengembara.” (Riwayat Muslim)
1421. Dari Ali r.a., katanya:
“Rasulullah s.a.w. itu apabila berdiri mengerjakan shalat, maka salah satu dari
yang terakhir sekali beliau ucapkan antara tasyahhud dan salam, yaitu bacaan
-yang artinya: “Ya Allah, ampunilah dosa-dosa saya yang lampau dan yang akan
datang, juga yang saya sembunyikan serta yang saya tampakkan, bahkan juga yang
saya perlebih-lebihkan dan dosa yang Engkau adalah lebih mengetahui daripada
saya sendiri. Engkau adalah Maha Mendahulukan serta Maha Mengakhirkan, tiada
Tuhan melainkan Engkau.” (Riwayat Muslim)
1422. Dari Aisyah radhiallahu ‘anha,
katanya: “Nabi s.a.w. itu memperbanyak dalam mengucapkan ketika ruku’ dan
sujudnya, yaitu Subhanakallahumma rabbana wa bihamdikallahummaghfirli -Maha
Suci Engkau ya Allah, Tuhan kita dan dengan mengucapkan puji-pujian padaMu, ya
Allah berilah pengampunan padaku.” (Muttafaq ‘alaih)
1423. Dari Aisyah radhiallahu ‘anha
bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengucapkan dalam ruku’ dan sujudnya: “Subbuhun
quddusun Rabbul malaikati warruh – Maha Suci dan Maha Bersih, yaitu Tuhan semua
malaikat serta Jibril.” (Riwayat Muslim)
1424. Dari Ibnu Abbas radhiallahu
‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Adapun ketika ruku’ maka Maha
Agungkanlah Tuhan di dalamnya, sedang ketika sujud, maka giatlah dalam berdoa,
sebab nyata engkau semua akan dikabulkan doamu semua itu.” (Riwayat Muslim)
1425. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya
“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sedekat-dekat keadaan seorang hamba dari Tuhannya
ialah di waktu ia sedang bersujud, maka perbanyakkanlah berdoa dalam sujud
itu.” (Riwayat Muslim)
1426. Dari Abu Hurairah r.a. pula
bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengucapkan dalam sujudnya: Allahummaghfir li
dzanbi kullahu, diqqabu wa jillahu wa awwalahu wa akhirahu wa ‘alaniatahu wa
sirrabu – ya Allah, berilah pengampunan padaku akan semua dosaku, yang kecil
dan yang besar, yang permulaan dan yang penghabisan, yang terang-terangan dan
yang rahasia.” (Riwayat Muslim)
1427. Dari Aisyah radhiallahu ‘anha,
katanya: “Pada suatu malam saya kehilangan Nabi s.a.w., lalu saya selidiki,
tiba-tiba beliau s.a.w. sedang melakukan ruku’ atau sujud dan di situ beliau
mengucapkan: Subhanaka wa bihamdika la ilaha illa anta -Maha Suci Engkau dan
dengan mengucapkan puji-pujian padaMu, tiada Tuhan melainkan Engkau.” Dalam
riwayat lain disebutkan: “Lalu jatuhlah tanganku -Aisyah- pada kedua tapak
kakinya yang bagian dalam dan beliau sedang ada di dalam masjid, sedang kedua
tapak kaki itu didirikan. Diwaktu itu beliau s.a.w. mengucapkan -yang artinya:
Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan dengan keridhaanMu daripada
kemurkaanMu dan dengan pengampunanMu dari siksaanMu. Juga saya mohon
perlindungan padaMu, saya tidak menghitung-hitungkan pujian atasMu. Engkau
adalah sebagaimana yang Engkau pujikan pada diriMu sendiri. (Riwayat Muslim)
1428. Dari Sa’ad bin Abu Waqqash r.a.,
katanya: “Kita semua berada di sisi Rasulullah s.a.w., lalu beliau bersabda:
“Adakah seorang diantara engkau semua itu tidak kuasa mencari seribu kebaikan
dalam setiap harinya?” Kemudian ada seorang dari golongan yang duduk-duduk di
waktu itu bertanya pada beliau s.a.w.: “Bagaimanakah caranya mencari seribu
kebaikan itu?” Beliau s.a.w. menjawab: “Hendaknya orang -yang ingin mendapat seribu
kebaikan dalam sehari itu- tadi membaca tasbih seratus kali, maka untuknya
dicatatlah sebanyak seribu kebaikan atau dihapuskanlah dari dirinya seribu
kesalahan.” (Riwayat Muslim) Al-Humaidi berkata: “Demikianlah yang disebutkan
dalam kitab Muslim yakni dengan kata-kata: “Au yuhaththu” -artinya: atau
dihapuskan. Al-Barqani berkata: “Hadis ini diriwayatkan oleh Syu’bah dan juga
Abu ‘Awanah dan Yahya al-Qaththan dari Musa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
dari arahnya itu. Mereka mengatakan: Wa yuhaththu -artinya: dan dihapuskan,
tanpa kata: “Alfin -yakni seribu.”
1429. Dari Abu Zar r.a. bahwasanya
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Atas setiap ruas tulang dari seorang diantara
engkau semua itu pada setiap paginya harus ada masing-masing sedekahnya. Maka
setiap sekali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap sekali bacaan tahmid adalah
sedekah, setiap sekali bacaan tahlil adalah sedekah, setiap sekali bacaan
takbir adalah sedekah, memerintahkan kepada kebaikan juga sedekah, mencegah
dari kemungkaran juga sedekah dan keseluruhannya itu dapat dicukupi oleh dua
rakaat yang dikerjakan oleh seorang itu dari shalat Dhuha.” (Riwayat Muslim)
1430. Dari Ummul mu’minin yaitu
Juwairiyah binti al-Harits radhiallahu ‘anha bahwasanya Nabi s.a.w. keluar dari
rumahnya pada pagi hari ketika bershalat Subuh. Waktu itu Juwairiyah ada di
dalam masjidnya. Kemudian beliau s.a.w. kembali setelah melakukan shalat Dhuha,
sedangkan Juwairiyah duduk. Kemudian beliau s.a.w. bersabda: “Engkau masih
tetap dalam keadaan di waktu tadi saya tinggalkan.” Juwairiyah menjawab: “Ya.”
Nabi s.a.w. lalu bersabda: “Saya telah mengucapkan setelah meninggalkan engkau
tadi empat macam kalimat, sebanyak tiga kali, andaikata kalimat-kalimat itu
ditimbang dengan kalimat-kalimat yang engkau ucapkan sejak hari ini tadi,
niscaya kalimat-kalimat yang saya ucapkan itu menang daripada yang engkau
ucapkan. Kalimat-kalimat itu ialah: “Subhanallah wa bihamdihi ‘adada khalqihi
wa ridba nafsihi wa zinata ‘arsyihi wa midada kalimatibi -Maha Suci Allah dan
dengan mengucapkan puji-pujian padaNya, sebanyak hitungan makhluk-Nya, sesuai
dengan keridhaan ZatNya, seberat timbangan ‘arasyNya dan sepanjang beberapa
kalimatNya.” (Riwayat Muslim) Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan:
Subhanallah ‘adada khalqihi. Subhanalfah ridha nafsihi. Subhanallah zinata
‘arsyihi. Subbanallah midada kalimatihi.” Dalam riwayat Imam Tirmidzi
disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: “Tidakkah engkau suka kalau saya ajari
beberapa kalimat yang baik engkau membacanya, yaitu: Subhanallah ‘adada
khalqihi, tiga kali; Subhanallah ridha nafsihi, tiga kali; Subhanatlah zinata
‘arsyihi, tiga kali; Subhanallah midada kalimatihi, tiga kali.”
1431. Dari Abu Musa al-Asy’ari r.a.
dari Nabi s.a.w,, sabdanya: “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya
dan orang yang tidak berdzikir kepadaNya ialah seperti orang yang hidup dan
orang yang mati.” Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan juga diriwayatkan oleh
Imam Muslim, yaitu sabda Nabi s.a.w. “Perumpamaan rumah yang di dalamnya
digunakan untuk berdzikir kepada Allah dan rumah yang tidak digunakan untuk
berdzikir kepada Allah adalah seperti benda yang hidup dan benda yang mati.”
1432. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah Ta’ala berfirman -dalam hadits qudsi: “Aku
adalah menurut sangkaan -keyakinan- hambaKu kepadaKu. Aku adalah beserta
hambaKu itu apabila ia berdzikir -ingat- kepadaKu. Maka jikalau ia berdzikir
kepadaKu dalam dirinya, maka Akupun ingat padanya dalam diriKu dan jikalau ia
berdzikir kepadaKu di kalangan orang banyak, maka Aku ingat pada orang itu di
kalangan makhluk yang lebih baik dari mereka itu -yakni di kalangan para
malaikat.” (Muttafaq ‘alaih)
1433. Dari Abu Hurairah r.a., katanya:
“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Telah dahululah orang-orang yang menyendiri.”
Para sahabat bertanya: “Siapakah orang-orang yang menyendiri itu, ya
Rasulullah?” Beliau s.a.w. menjawab: “Mereka itu ialah yang sama berdzikir
kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya, baik lelaki ataupun perempuan.”
(Riwayat Muslim) Maksudnya: Menyendiri dalam ingatnya kepada Allah di waktu
orang-orang lain tidak mengingat kepadaNya. Inilah yang lebih dahulu memperoleh
keridhaan Allah Ta’ala. Diriwayatkan Almufarridun dengan tasydidnya ra’ dan ada
yang meriwayatkan dengan takhfifnya -yakni ra’nya tanpa syaddah lalu dibaca mufridun.
Tetapi yang masyhur yang dikatakan oleh Jumhur Ulama ialah dengan tasydid.
1434. Dari Jabir r.a., katanya: “Saya
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Seutama-utama dzikir ialah lafaz ‘La
ilaha illallah’.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini
adalah hadits hasan.
1435. Dari Abdullah bin Busr r.a.
bahwasanya ada seorang lelaki berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya
syariat-syariat Islam sudah banyak -yakni hukum-hukumnya sudah lengkap- atas
diriku, maka beritahukanlah kepada saya akan sesuatu yang saya dapat berpegang
padanya.” Beliau s.a.w. bersabda: “Supaya lisanmu itu senantiasa basah dengan
berdzikir kepada Allah.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan
bahwa ini adalah hadits hasan.
1436. Dari Jabir r.a. dari Nabi s.a.w.,
sabdanya: “Barangsiapa mengucapkan: Subhanallah wa bihamdih, maka ditanamlah
untuknya sebatang pohon kurma dalam syurga.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi
dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1437. Dari Ibnu Mas’ud r.a., katanya:
“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Saya bertemu Nabi Ibrahim a.s., pada malam saya
di isra’ kan, lalu beliau berkata: “Hai Muhammad, sampaikanlah salam saya
kepada umatmu dan beritahukanlah kepada mereka bahwasanya syurga itu bagus
tanahnya, tawar airnya dan bahwasanya ia adalah merupakan tanah datar yang rata
dan benih tanaman syurga itu ialah: ‘Subhanallah walhamdulillah wa la ilaha
illallah wallahu akbar’.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan
bahwa ini adalah hadits hasan.
1438. Dari Abuddarda’ r.a., katanya:
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidakkah engkau semua suka kalau saya beritahukan
kepadamu semua akan sebaik-baik amalanmu, juga seindah-indahnya bagi Tuhan yang
Maha Merajaimu semua, serta yang tertinggi dalam derajat-derajatmu semua,
bahkan lebih baik untukmu semua daripada menafkahkan emas dan perak, juga lebih
baik untukmu semua daripada engkau semua bertemu dengan musuhmu lalu engkau
tebas leher-leher mereka itu dan merekapun menebas leher-lehermu semua?” Para
sahabat berkata: “Baiklah.” Beliau s.a.w. lalu bersabda: “Yaitu berdzikir
kepada Allah Ta’ala.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi. Imam Hakim, Abu Abdillah
mengatakan bahwa isnad hadits ini adalah shahih.
1439. Dari Sa’ad bin Abu Waqqash r.a.
bahwasanya ia bersama Rasulullah s.a.w. masuk ke tempat seorang wanita dan di
mukanya ada beberapa biji atau beberapa kerikil -batu-batu kecil- yang
digunakan untuk menghitung tasbihnya, lalu beliau s.a.w. bersabda: “Tidakkah
engkau suka kalau saya memberitahukan padamu tentang sesuatu yang lebih mudah untukmu
daripada ini dan bahkan lebih utama?” Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda:
“Yaitu suatu bacaan -yang artinya: Maha Suci Allah sebanyak hitungan apa-apa
yang diciptakan olehNya di langit. Maha Suci Allah sebanyak hitungan apa-apa
yang diciptakan olehNya di bumi. Juga Maha Suci Allah sebanyak hitungan apa-apa
yang ada diantara langit dan bumi. Maha Suci Allah sebanyak hitungan apa-apa
yang diciptakan olehNya. Allah adalah Maha Besar sebanyak seperti itu pula.
Segenap puji bagi Allah sebanyak seperti itu pula. Tiada Tuhan melainkan Allah
sebanyak seperti itu pula dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan
pertolongan Allah sebanyak seperti itu pula.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi
dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
1440. Dari Abu Musa al-Asy’ari r.a.,
katanya: “Rasulullah sa..w. bersabda kepadaku: “Tidakkah engkau suka kalau saya
tunjukkan kepadamu pada sesuatu gedung simpanan dari beberapa gedung simpanan
syurga?” Saya -Abu Musa- berkata: “Baiklah, ya Rasulullah.” Beliau s.a.w. lalu
bersabda: “Yaitu ucapan: La haula wala quwwata illa billah -Tiada daya dan
tiada kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah.” (Muttafaq ‘alaih)
Sumber : http://www.fadhilza.com/2011/08/tadabbur/keutamaan-dzikir-dan-anjuran-mengerjakannya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar